Tanggal Idul Fitri 2011. Penetapan tanggal Idul Fitri 2011 atau Lebaran 2011 oleh pemerintah belum dilaksanakan. Namun demikian, harapan dari Pemerintah Republik Indonesia agar idul fitri 2011 dilaksanakan bersamaan ternyata meleset.
Berdasarkan analisa dan perhitungan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memprediksi bahwa akan ada 2 hari Idul Fitri 2011.
Tanggal Idul Fitri 2011 Menurut Muhammadiyah
Tanggal Idul Fitri 2011 Muhamadiyyah
Muhammadiyah jauh-jauh hari sudah menetapkan 1 Syawal 1432 H jatuh pada 30 Agustus 2011. Perhitungan itu merujuk kepada konsep wujudul hilal atau hisab. Sementara itu,
Tanggal idul Fitri 2011 Menurut Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama yang kerap sejalan dengan kebijakan pemerintah, berpotensi berlebaran pada 31 Agustus 2011. Sebab, Lapan memprediksi bahwa mekanisme imkanul rukyah (visibilitas hilal) yang bakal dilakukan dengan sidang isbat Senin depan (29/8) tidak akan bisa melihat hilal. Hasilnya, Ramadan digenapkan 30 hari.
Peneliti senior Lapan Thomas Djamaluddin di Jakarta kemarin (26/8) menuturkan, pihaknya memprediksi bahwa tinggi hilal pada 29 Agustus kurang dari 2 derajat. ’’Bahkan, di beberapa kawasan di Indonesia, tinggi hilal lebih rendah lagi,’’ ujar dia. Dengan kondisi itu, mustahil hilal bisa terlihat saat sidang isbat nanti.
Jika dalam sidang isbat yang dipimpin Menteri Agama Suryadharma Ali nanti ada laporan tim pemantau yang melihat hilal, Thomas berani mempertanyakan hasil pengamatan tersebut. ’’Hasil itu sudah pasti salah,’’ kata dia. Thomas menjelaskan, berdasar pengalamannya selama ini, tinggi hilal yang bisa terlihat rata-rata 4 derajat ke atas. Selain melansir potensi perbedaan penetapan 1 Syawal 1432 H, Thomas mengatakan bahwa 1 Ramadan 1433 H, 1434 H, dan 1435 H bakal berbeda. Ormas yang menggunakan hisab bakal menjalankan ibadah puasa terlebih dahulu. Sedangkan ormas yang memakai imkanul rukyah berpuasa menyusul sehari kemudian. Perbedaan juga bakal terjadi pada penetapan Idul Adha 10 Dzulhijah 1435 H.\Thomas sendiri mengatakan, perbedaan dalam penetapan tanggal perhitungan Islam itu harus diselesaikan secepatnya. Menurut dia, pemerintah harus bisa mengambil jalan tengah untuk menghitung penetapan awal bulan di kalender Islam yang berpatokan pada bulan.
Dia mengusulkan, opsi paten untuk menetapkan awal bulan kalender Islam. Yaitu, ketinggian bulan sudah 4 derajat lebih tinggi dari matahari. Kriteria berikutnya adalah jarak bulan dan matahari 6,4 derajat. ’’Perbedaan penetapan hari-hari besar Islam sering terjadi. Kondisi itu bisa berpotensi menimbulkan keresahan umat,’’ tuturnya.
Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyah Kemenag Muhyiddin membenarkan, sidang isbat digelar Senin (29/8). Dia juga tidak menampik kemungkinan bakal terjadi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1432 H. ’’Pemerintah memang memimpin sidang isbat, tapi tidak bisa memaksakan hasil sidang itu ke seluruh masyarakat,’’ jelasnya. Untuk itu, dia berpesan agar masyarakat bisa menerima perbedaan penetapan tersebut secara arif.
Pastikan Lebaran Selasa 30 Agustus 2011
MUHAMMADIYAH memastikan 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari Selasa, tanggal 30 Agustus 2011. “Merujuk kepada Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah No: 375/MLM/I.0/E/2011 tentang Penetapan Hisab Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1432 H, Muhammadiyah menetapkan bahwa Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal jatuh pada hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011,” ungkap Ahmad Jaiz, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat didampingi Sekretaris Ikhsanudin dan Sekretaris PD Muhammadiyah Kota Pontianak, Achmad Zaini saat konfrensi pers di Sekretariat PWM Gg. Sepakat II Jl.Ahmad Yani Pontianak. Ahmad Jaiz menuturkan bahwa Ijtimak menjelang Syawal 1432 H terjadi pada hari Senin 29 Agustus 2011 M pukul 10:05:16 WIB. Tinggi hilal pada saat Matahari terbenam adalah +01 (derajat) 49’ 57” (hilal sudah wujud) dan diseluruh Indonesia pada saat Matahari terbenam hilal sudah berada di atas ufuk. “Dengan demikian Selasa tanggal 30 Agustus sudah masuk 1 Syawal, walaupun memang hilal belum bisa terlihat oleh mata telanjang,”ungkapnya.
Muhammadiyah terang Ahmad Jaiz menggunakan metode hisab hakiki dalam kesatuan wilayah hukum (wilayatul hukmi). “Artinya, nampaknya hilal di suatu daerah maka berlaku bagi seluruh wilayah Indonesia,”katanya. Karena perbedaan metode, penetapan Idul Fitri 1432 H pada hari Selasa sambung Ahmad Jaiz berpotensi terjadi perbedaan dengan pihak atau ormas lainnya bahkan dengan penetapan yang dikeluarkan Pemerintah. “Jika benar terjadi perbedaan, diharapkan untuk disikapi dengan toleransi dan saling menghormati. Dan kami menghimbau kepada warga Muhammadiyah yang berlebaran di hari Selasa agar tidak berlebihan dalam meluapkan kegembiraan. Bertakbirlah untuk sekedar Ibadah,”himbaunya.
Sementara Sekretaris PD Muhammadiyah Kota Pontianak, Achmad Zaini menambahkan, menyikapi hasil Maklumat PP Muhammadiyah tentang Penetapan 1 Syawal, PDM Kota Pontianak telah menyiapkan lokasi Sholat Idul Fitri. “Untuk Kota Pontianak, Sholat Idul Fitri kami tentukan di dua titik yakni di Halaman Perguruan Muhammadiyah Jl. A. Yani Pontianak, yang akan bertindak sebagai Khotib, Dr. Hamka Siregar, S.Ag, M.Ag dan Imam Drs. Abdussamad, M.Pd serta di Halaman Masjid Al-Furqon komplek SMA Muhammadiyah 1 Pontianak Jl. Paris II, akan bertindak sebagai Khotib, Drs. H. Munir HD MM dan Imam, H. Bahrum Maji SE,”jelas Kepala SMA Muhammadiyah 1 Pontianak ini.