Jangan buru-buru putus asa bila Anda mengalami kelainan mata seperti mata juling. Dengan pemakaian kacamata berlensa prisma, gangguan melihat ganda/dobel akibat juling dapat diatasi.
Kasus strabismus atau yang lebih dikenal dengan mata juling sesekali ditemui di masyarakat. Kelainan otot bola mata ini membuat kedua pupil mata terlihat tidak simetris. Penderitanya pun mengalami banyak keluhan. Masalah estetika/keindahan menjadi hal yang utama. Gangguan penglihatan seperti melihat ganda/dobel, pusing, adalah keluhan yang umum bagi penderita strabismus.
Strabismus (mata juling) adalah suatu kondisi dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi pusat perhatian secara bersamaan. Keadaan ini bisa menetap atau dapat pula hilang timbul yang muncul dalam keadaan tertentu saja seperti saat sakit atau lelah disebut strabismus laten (tersembunyi).
Contoh strabismus menetap misalnya esotropia (mata bergulir ke arah dalam), eksotropia (mata bergulir ke arah luar), hipertropia (mata bergulir ke arah atas) dan hipotropia (mata bergulir ke arah bawah). Semua jenis strabismus ini mengakibatkan gangguan berupa perbedaan garis pandang kedua mata saat melihat obyek. Salah satu mata dapat tepat ke satu titik obyek, sedangkan garis pandang mata yang satunya lagi meleset dari titik obyek.
Kondisi di atas akan menimbulkan ketidaksempurnaan kedalaman persepsi penglihatan. Seyogyanya kedalaman persepsi yang sempurna atas suatu benda yang dilihat didapat dari gabungan informasi penglihatan mata kanan dan mata kiri. Kedua informasi tersebut akan difusikan di otak hingga diperoleh kesan 3 dimensi dari obyek tersebut.
Dr. Ferdiriva Hamzah, SpM menjelaskan bahwa pada pasien strabismus, perbedaan garis pandang itu mengakibatkan gejala diplopia (melihat obyek jadi nampak ganda atau berbayang) dan menimbulkan keluhan pusing. Ini biasanya terjadi pada orang dewasa, di mana mata sudah tidak mampu beradaptasi dan mengabaikan ketidaksamaan informasi yang diterima dari mata kanan dan kiri.
Berbeda dengan pasien dewasa, anak-anak dengan mata juling tidak mengeluhkan pandangannya dobel atau pusing. Hal ini disebabkan karena otak anak akan mengabaikan ketidaksamaan informasi, dan memproses informasi dari salah satu mata yang masih baik. Ini membuat mereka tidak memiliki kedalaman persepsi penglihatan yang bagus.
Lebih lanjut Dr. Ferdiriva mengatakan, penyebab strabismus adalah ketidakseimbangan kerja otot-otot yang memegang dan menggerakkan bolamata. Terdapat enam otot mata yang mengontrol pergerakan bolamata. Dua otot untuk menggerakan ke arah horizontal, 2 otot untuk vertikal, dan 2 otot lagi untuk memutar. Pada saat mata melihat ke satu titik obyek, diperlukan kekompakan kerja keenam otot tersebut agar kedua bolamata dapat mengarah ke satu titik.
Strabismus terjadi pada kira-kira 2% anak-anak usia di bawah 3 tahun dan sekitar 3% remaja dan dewasa muda. Kondisi ini dialami pria dan wanita dalam perbandingan yang sama. Strabismus mempunyai pola keturunan, misalnya salah satu atau kedua orangtuanya strabismus, kemungkinkan anaknya akan strabismus juga. Ada pula kasus yang tanpa riwayat strabismus dalam keluarga. Anak-anak disarankan untuk dilakukan pemeriksaan mata saat usia 3-4 tahun. Bila terdapat riwayat keluarga strabismus, pemeriksaan mata disarankan lebih dini yaitu saat usia 12-18 bulan.
Bapak Kastam, seorang RO (Refraksionis Optisien) yang telah berpengalaman lebih dari 15 tahun di optik menjelaskan cara memeriksa pasien strabismus. Dengan teknik sederhana cover test, strabismus laten dapat diketahui. Caranya, pemeriksa dan pasien berhadapan sejarak jangkauan tangan. Lalu, pasien diminta untuk melihat lurus jauh di belakang pemeriksa, sementara pemeriksa menutup sebelah mata yang diperiksa dengan telapak tangannya. Kemudian buka secara tiba-tiba dan perhatikan mata yang baru saja ditutup tersebut. Bila nampak ada gerakan bolamata yang bergulir ke arah horisontal atau vertikal, berarti yang diperiksa tersebut menderita strabismus laten.
Kasus strabismus dapat ditolong dengan pemberian kacamata berlensa prisma. Selain itu juga dapat ditangani dengan tindakan operasi untuk memperbaiki keseimbangan otot pemegang bolamata. Pada beberapa kasus, bisa diperlukan tindakan penutupan sebelah mata (sementara) untuk mencegah terjadinya diplopia.
Lensa prisma adalah bentuk lensa di mana terdapat puncak/bagian yang tipis (apex) dan bagian yang tebal/dasar (base) yang dengan perbedaan bentuknya itu bisa memindahkan bayangan, dimana nilai 1 prisma itu berarti akan memindahkan bayangan sejauh 1 cm dari objek yang berjarak 1 meter.
Pada pasien strabismus laten pemakaian lensa prisma dapat bersamaan dengan kacamata normal maupun dengan ukuran myopia, hypermetropia dan astigmatisma. Erlina, 22 tahun, berbagi pengalaman setelah menggunakan lensa prisma. “Mata kanan saya -1 sedang mata kiri saya -1/2 dan saya sering melihat benda jadi dobel. Paling susah saat saya harus membaca koran yang tulisannya kecil-kecil,” kata Erlina.
“Saya mendapat resep kacamata dengan 2 macam lensa. Lensa ukuran myopia untuk atasi minus saya dan lensa prisma untuk atasi juling laten saya. Hasilnya benar-benar membantu. Penglihatan saya sekarang tidak berbayang lagi dan saya juga jadi tidak mudah pusing lagi,” akunya kepada Berita Indonesia.