Terapi Lumba-lumba untuk Anak Autisme
LUMBA-lumba termasuk salah satu hewan yang cerdas di dunia. Selain
membantu mengarahkan kapal di lautan, para peneliti juga menemukan kalau
lumba-lumba bisa membantu mereka yang menderita gangguan saraf,
khususnya anak-anak autisme. Terapi lumba-lumba (dolphin therapy)
diklaim bisa meningkatkan kemampuan berbicara dan keahlian motorik
anak-anak penderita autisme.
Apa itu dolphin therapy? Terapi ini dimulai oleh antropolog Dr Betsy
Smith di awal tahun 70-an setelah melihat efek terapis lumba-lumba pada
saudaranya yang mengalami gangguan saraf. Selanjutnya terapi ini
dikembangkan oleh Dr Nathanson di the Dolphin Human Therapy centre di
Florida, AmeriKa. Nathanson mempelajari interaksi antara lumba-lumba
dengan anak-anak penderita keterbelakangan mental dan mendapatkan respon
baik dengan dibukanya pusat-pusat terapi lumba-lumba lain di seluruh
dunia.
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas sensori anak. Dalam
program yang berlangsung di kolam renang dengan lumba-lumba ini, terapis
akan membantu anak-anak autisme. Anak-anak akan diminta untuk berenang,
menyentuh, memberi makan atau mengelus-elus hewan tersebut. Selanjutnya
terapis akan bekerja dan membantu pada area tertentu seperti berbicara,
bertingkah dan keahlian motorik. Terapis akan mendisain program sesuai
dengan kebutuhan anak.
Terapi lumba-lumba ini tidak bisa menyembuhkan sepenuhnya. Tetapi bisa
meredakan beberapa gejala autisme dengan cara menguatkan proses
penyembuhan mereka. Para peneliti yang mengambil sampel darah sebelum
dan sesudah anak melakukan terapi menemukan adanya perubahan hormon
endorphin dan enzim-enzim serta T-cells. Akan tetapi, proses perubahan
ini, menurut peneliti, belum diketahui penyebab pastinya.
Penelitian mengenai lumba-lumba dan autisme ini terus dilakuan, tetapi
para ilmuwan juga telah menemukan beberapa hipotesis bahwa menyatu dan
bermain dengan lumba-lumba akan membangkitkan respon emosional yang
mendalam dan memicu pelepasan perasaan dan emosi yang mendalam. para
peneliti meyakini, anak-anak lebih responsif terhadap terapi karena
mereka bermain di lingkungan yang menyenangkan.
Mereka termotivasi untuk menyelesaikan tugas, mereka gembira sehingga
lebih memperhatikan tugas yang diberikan terapis. Selain itu,
lumba-lumba dinyatakan bisa merasakan area yang tidak berfungsi penuh
dan trauma fisik di tubuh manusia dan mereka memotivasi anak-anak untuk
menggunakan area-area ini.
Suara
Dari sisi lain, proses pemulihan sama dengan terapi suara. Ritme dan
suara vibrasi membantu membangkitkan perubahan mood. Menurut Dr Cole,
ketua Aquathought Foundation, berenang dengan lumba-lumba bisa
menciptakan perubahan sel-sel psikologi dan jaringan dalam tubuh.
Lumba-lumba, terang Cole, mempunyai sonar alami. Mereka akan memancarkan
gelombang ultrasound untuk menentukan lokasi benda dan untuk
berkomunikasi. Bunyi yang dikeluarkan lumba-lumba, terang dia lagi,
sangat kuat sehingga bisa menyebabkan pembentukan lubang di struktur
molekul-molekul cairan dan jaringan lunak.
Cole meyakini bahwa frekuensi sinyal lumba-lumba berpengaruh kuat
terhadap otak manusia dengan cara memodifikasi aktivitas gelombang otak.
Hasil tes yang dilakukan pada manusia menunjukkan kalau bunyi ini bisa
mengubah frekuensi otak manusia dari beta menjadi alpha.
Bunyi ini membuat kedua belahan otak lebih sinkron sehingga komunikasi
antara otak kanan dan kiri menjadi jauh lebih baik. Selain itu, terapi
lumba-lumba ini juga dinyatakan bisa membuat perubahan emosi yang kuat,
menenangkan anak-anak, meningkatkan kemampuan komunikasi dan
konsentrasi, memperbaiki fungsi motorik dan koordinasi, membuat kontak
mata, senyum, tawa, dan daya sentuh anak semakin baik, serta
meningkatkan sistem kekebalan tubuh.